Dulu, waktu kuliah, saya termasuk seorang scholarship hunter. Ga dapat beasiswa, ga kuliah. Tapi, saya sangat bersyukur punya banyak teman yang membantu, mulai dari teman seangkatan, senior, hingga dosen. Endingnya kamu pasti tahu lah. Saya seorang sarjana komputer sekarang. Kalau kata teman saya, Fatia, “Ga punya duit masih bisa kuliah. Cari beasiswa itu lebih gampang kalau kita sudah jadi mahasiswa. Jadi yang harus dilakukan adalah bekerja keras agar ketrima di kampus yang diharapkan.”
Seperti kata Fatia, saya pun bekerja keras agar bisa diterima di kampus tujuan saya, UI.
Jadi mahasiswa UI merupakan cita-cita asik jangka pendek saya waktu itu. Jalan menuju kesana tidak mudah. Saya harus beradu nilai SPMB (sekarang jadi SNMPTN Jalur Ujian Tulis) dengan ribuan anak-anak lain yang bermimpi masuk UI. Kami beradu otak dalam seleksi. Siapa yang paling pintar, dialah yang berhak masuk UI.
Sepertinya, sistem adu pintar juga berlaku buat teman-teman lain yang bercita-cita masuk ITB, UGM, Unpad, ITS, Unair, Unhas, Unsri, dan kampus-kampus lainnya. Ya, itu yang saya pikir. Kalau Inggriskan jadi ‘that was what I thought‘. Mengapa ‘thought‘? Because what I think is different now. Continue reading “Mereka yang Mungkin Batal Jadi Sarjana”