Bismillah…
Gw engga’ mau ikan, engga’ mau pancing. Cukup tunjukin di mana kolamnya.
Tawaran Keren cocoknya sama Jawaban Keren. Terinspirasi dari tulisan di Bening, Media Komunikasi Baznas.
Setelah bermigrasi ke Madinah, Rosulullah SAW mempersaudarakan orang-orang Qurays Muhajirin dengan orang-orang Anshor Madinah. Dan ini kisah tentang persaudaraan Abdurrahman bin Auf (Muhajir) dengan Sa’ad bin Rabi’.
Tawaran Keren
Di suatu hari, di saat Gurun Sahara tak lebih panas dari biasanya, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Bro, gw termasuk orang kaya di Madinah. Harta gw banyak. Gw punya 2 kebon yang luas dan 2 orang pembantu. Lu pilih satu dari kebon gw. Gw kasih mana yang lu suka dah. Begitu juga dengan salah seorang pembantu gw. Gq serahin mana yang lu senengin, terus gw nikahin lu ama dia.”
Jawaban Keren atas Tawaran Keren
Di pagi yang sama, kala mentari masih tetap lebih besar daripada purnama, Aburrahman menjawab, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada lu Bro, kepada keluarga lu, ama kepada harta lu. Gw hanya minta tolong sama lu, tunjukin di mana letakknya pasar Madinah ini.”
Yang nawarin bukan lagi nyombong. Dia hanya mau meyakinkan kepada saudaranya bahwa, “There will be no problem if I give you one of my field”. Dan tentunya, dengan situasi seperti itu, Sa’ad memang benar-benar orang kaya di Madinah. Orang kaya yang ga pelit.
Yang ditawarin, juga ga lagi jaim, sok nolak tawaran menggiurkan itu. Ga seperti kebanyakan orang yang bilang (baru bilang, belum mengamalkan lho…), “Berikan pancingnya, jangan ikannya.” Di kasus ini, Abdurrahman tidak minta ikan, bahkan pancing (baca: modal) dari saudara angkatnya. Dia hanya minta, “Bro, lu tunjukin kolamnye (baca: pasar) ade di mane?!”. Dia akan mancing-mancing sendiri di sana. Dan Abdurrahman memang bukan orang yang besar omong. Dalam hitungan beberapa detik, dia sudah jadi saudagar kaya di Madinah.
Untuk saudara-saudaraku yang telah mendeklarasikan sebagai enterpreuner, pengusaha, wirausaha, pedangang (saya lebih suka disebut pedangang 🙂 ), sudah beranikah kita mengambil langkah seperti Abdurrahman bin Auf ra?
1. Modal utama menjadi wirausaha cuma satu: diri sendiri. Abdurrahman bin Auf mencontohkan. Modal dengkul datang ke Madinah, terus berhasil mengalahkan dominasi orang-orang Yahudi di pasar Madinah.
2. Prinsip utama wirausaha bukanlah memiliki usaha. Tapi prinsip utamanya adalah mandiri. Abdurrahman “hanya” butuh info tentang letak pasar. Dia tidak minta back-ingan saudaranya. Mandiri bukan? Ayo kita lihat kata wirausaha. Wira lebih dulu daripada usaha bukan?
3. Informasi itu berharga, dan bisa dijual 😀 . Bayangkan, dengan informasi yang diberikan Sa’ad, Abdurrahman bisa menjadi enterpreuner sukses. Kalau mau, Sa’ad bisa menjual informasi itu dan itu sah-sah saja. Halal-halal saja. 😀 . So, intinya bisnis informasi dari dulu hingga sekarang itu menggiurkan 😀 .
4. Silaturahim, jaringan, networking, ukhuwah itu bisa memperlancar rejeki, seperti kata orang terkeren sedunia 😀 . Masih ingat tulisan saya tentang silaturahim?
*Penggunaan kata “gw”, “lu”, “dia”, serta “orang terkeren” untuk menyebut Sa’ad bin Rabi’, Abdurrahman bin Auf, serta Rosulullah SAW bukan untuk merendahkan 3 orang mulia tersebut.
pertamax
salam kenal 🙂
Yap, orang-orang dulu (salaf ash-shaalih) memang keren 🙂
Semoga Allah membangkitkan kita bersama mereka.
sek pikir” aku mas…–a
likes this *kayak facebook*
waw kyknya kak agung ingin merambah ke dunia bisnis nih..
memang lagi musim sih, selain musim hujan dan musim tugas adalah musim berbisnis..
buka lapak gan! haha
benar ya, gung. prinsipnya bukan memiliki usaha, tapi untuk mandiri…
sudah mandiri, bisa memperkerjakan orang pula.
*he3, ini lagi lihat2 peluang di kota yang baru*
@treante
Pertamax mahal Om 😀 . Salam kenal juga.
@arifromdhoni
Ya, generasi para sahabat memang generasi terbaik. Kini giliran kita untuk berusaha menjadi umat terbaik. Tidak hanya bereuforia dengan kejayaan masa lalu. (^_^)9
@deady
Mikir tentang opo Dead? (^o^)?
@ikhma
Facebook mania 😀 . (dance) -> kaya di plurk.
@alv
Bukan ingin. Tapi sedang. Btw, untuk saya dan temen2 ngaji saya, lapak punya pengertian konotasi yang berbeda.
@shavaat
Yup, berwirausaha kan bertujuan untuk memandirikan diri sendiri. Kemudian diikuti dg memandirikan orang lain. Ente lagi ada di kota mana Bos?
Hoho.. keren dah
saya ga facebook mania. 🙂
sip lah…
tunjukkan saya di mana si penulis kuliah… hahaha… 😀
Wah.. ini sudah berlaku dijaman kolonial dulu deh.. (kayaknya) buktinya.. Habislah.. Indonesia dijadikan kolam bagi para penjajah.. (hu hu hu)
ringan banget ngebacanya. jd gampang dpt maksudnya.. tengs bro 🙂
tambahan satu dari windy ya ka…
klo mw jd enterpreuner yang sukses… kita harus sabar dan ikhlas.. itu kata orang tua windy…
secara klo udah urusannya ma dagang bnyk bgt godaan yang kadang bisa bikin kita jd ga sabaran, dll…
Bener kak, yang juga penting dalam memulai suatu usaha tuh Semangat dan keyakinan akan berhasil…
@Gyl
Orang2 itu emang keren Gyl.
@ikhma
Iya, percaya kok. 😀
@luqman
terus kowe arep lapo?
@yanti
Nah, itu dia mbak. Mari kita cari kolam 😀 .
@meralda
sama-sama jeng.
@windy
Nama susah amat ditulis :p . Ga sabaran. Wah, bener banget tuh. Makasih…makasih…., (sy masih suka ga sabaran… 😦 )
@radesya
Yo’i mbak. Harus niat ya.. 😀