Dalam senyapnya malam
Detik jam dinding semakin kencang
Seperti layaknya sebuah pelita
Yang hanya ada 1 di setiap rumah
Bila pagi tiba
Nyala pelita tak lagi jadi penting
Padahal bila senja datang
Hanya bulan yang mampu kalahkan sinarnya
Bertahun lalu, nenek sempatkan cerita
Betapa cantiknya purnama
Padang Bulan, katanya
Tapi itu hanya cerita
Seumur hidupnya, nenek tak pernah berhasil
membuktikan indahnya Padang Bulan padaku
Di Kota Surabaya
Purnama dan sabit hanya dibedakan oleh bentuk
Tapi kini aku tahu
Di tengah kuatnya dorongan di pintu air
Dan gemericik yang menerjang kaki
Terkadang dengan lolongan monyet
Dengkuran babi hutan
Dan gonggongan anjing di malam hari yang sedang berebut wilayah
Tuhan menunjukkan
Bulan Purnama memang benar indahnya
Sinarnya membantuku bebas melompat dari batu ke batu
Mencari tempat beradu
Untuk segera melepas beban
Tanpa takut terjatuh
Malam itu aku bisa ke sungai tanpa senter
—
#Bukan sastrawan, cuma penggemar Fisika yang lagi ngomongin polusi cahaya
#JUDUL: Tatibajo, Kebelet di Malam Hari