Bagi saya, sukses yaitu ketika mampu memberikan usaha terbaik pada setiap hal yang dikerjakan, kemudian hasil usaha tersebut dapat meningkatkan kualitas diri dan orang lain. Berhasil menjadi seseorang yang berkembang menjadi lebih baik adalah penting bagi saya, namun keberhasilan tersebut harus pula memberi manfaat bagi banyak orang lain.
Sukses terbesar dalam hidup saya adalah ketika saya bekerja di Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Organisasi ini merekrut lulusan dari perguruan tinggi dan mengirimkan mereka (dinamai Pengajar Muda) ke 17 Kabupaten penempatan untuk bertugas menjadi guru, sekaligus menjadi agen penggerak perubahan perilaku masyarakat. Pelatihan intensif adalah bentuk pembekalan melalui pelatihan kepemimpinan dan materi pedagogis bagi para Pengajar Muda untuk memenuhi tugas-tugas tersebut. Saat itu saya diamanahi menjadi Camp Manajer Pelatihan Intensif yang memimpin perencanaan dan pelaksanaan pelatihan. Kesuksesan saya saat itu berupa kebermanfaatan hasil kerja bagi saya pribadi dan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Setiap batch Pelatihan Intensif Pengajar Muda dilaksanakan selama 8 minggu, kegiatan dimulai pada pukul 04.30 hingga 21.00 WIB. Dalam setiap batch pelatihan intensif saya harus memimpin keseluruhan tim yang terdiri dari 50-73 orang Pengajar Muda, 3-7 orang fasilitator pendamping, 2 training officer, 5 pelaksana teknis, dan sekitar 35 trainer/narasumber (termasuk tokoh terkemuka seperti Boediono, Jusuf Kalla, Prof. Emil Salim, Anies Baswedan, Aster Panglima TNI, Fasli Jalal, Erry Riyana dll.)
Sebagai Camp Manager, saya telah memimpin tim berbeda selama 4 batch. Memimpin sebuah tim yang berganti anggota setiap batch-nya, bekerja dengan orang dari berbagai latar belakang, dengan rentang usia yang beragam, dan bekerja secara intensif selama hampir 24 jam selama 8 minggu merupakan tantangan yang sangat menarik serta sekaligus telah menjadi pencapaian yang membanggakan untuk saya. Tugas saya bermula dari merencanakan kurikulum pelatihan, kemudian mengaplikasikannya dalam pelaksanaan pelatihan, sambil sekaligus melakukan proses monitoring, dan kemudian melakukan evaluasi. Saya juga memimpin tim pelatihan intensif dalam menyusun materi sesi pelatihan dan mempersiapkan berbagai kebutuhan logistik pendukung.
Mengelola pelatihan intensif tidak hanya sekedar mengelola pelaksanaannya agar lancar dan tepat waktu, namun mengelola pelatihan ini menjadi sangat penting karena saya dan tim harus mampu menyampaikan visi dan misi Indonesia Mengajar dan memahamkan para Pengajar Muda akan tugas-tugasnya. Tentunya juga membekali mereka dengan pengalaman belajar secara langsung melalui simulasi, alat dan metode belajar kreatif, serta pendekatan kemasayarakatan yang sesuai untuk mendukung keberhasilan tugasnya di lapangan. Dengan dikirimnya Pengajar Muda yang telah terbekali, saya telah telah mengambil bagian dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dasar di 17 Kabupaten penempatan. Ketika memperoleh hasil evaluasi bahwa pendekatan yang dipakai Pengajar Muda berhasil menghadirkan perubahan perilaku positif pada masyarakat dan aktor pendidikan setempat, maka saya menilai bahwa pelatihan telah berhasil. Perubahan positif tersebut diantaranya tingkat kehadiran siswa di kelas meningkat karena kegiatan belajar mengajar lebih kreatif, guru menduplikasi metode belajar kreatif, dan pemerintah daerah percaya diri membentuk program serupa dalam skala lokal. Dampak positif itulah yang membuat saya terus bersemangat untuk memberikan kontribusi terbaik saya.
Secara personal, mengelola dan memimpin pelatihan intensif merupakan salah satu pencapaian terbaik saya. Saya mengelola banyak sumber daya manusia, termasuk diri sendiri; mengelola kinerja/performanya, mengelola mobilitasnya, dinamika emosinya, kesehatan fisiknya dan hubungan interpersonalnya. Saya telah mengelola 220 hari pelatihan, sekitar 4200 jam dengan total peserta 249 Pengajar Muda, 45 orang tim pelaksana serta sekitar 120 trainer dan narasumber. Dalam kurun waktu tersebut, saya berhasil mengelola pelaksanaan training intensif dengan baik, melakukan banyak proses analisa masalah dan pengambilan keputusan, serta menangani konflik interpersonal dan konflik dalam kelompok. Saya menganggap waktu yang saya lalui tersebut adalah investasi bagi peningkatan kapasitas dan kompetensi diri saya.
Pengalaman memimpin pelatihan intensif telah membentuk diri saya yang sekarang. Dengan seluruh keberhasilan yang pernah saya capai maupun kesalahan yang pernah saya lakukan, saya percaya bahwa saya telah berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menjadi lebih percaya diri, mampu melihat masalah dari berbagai perspektif, mampu melihat gambaran besar sebuah ide, menyusun strategi dan rencana operasionalnya, belajar mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang, mampu berkomunikasi secara asertif, dan lebih tenang dalam situasi genting. Saya sangat bersyukur telah mendapat pengalaman tersebut dan saya bangga menceritakan bahwa itu adalah kesuksesan terbesar dalam hidup saya. Lebih jauh lagi, rasa syukur saya bertambah karena kesuksesan personal tersebut dapat mendorong perubahan perspektif dan memunculkan perubahan perilaku yang positif pada Pengajar Muda, siswa, guru, orang tua dan masyarakat di pelosok Indonesia.