Bias Informasi, Mitos atau Fakta?

Hasil Pencarian dengan kata kunci "Pangeran Malaysia Menculik Manohara"
Hasil Pencarian dengan kata kunci "Pangeran Malaysia Menculik Manohara"

Apa yang kamu lakukan ketika butuh data untuk tugas? Saya yakin, sebagian besar mahasiswa akan menjawab, “Googling!”.

Lalu, kalau google tidak berhasil memberikan data yang diminta, apa jawabnya? Tebakan saya, para mahasiswa tersebut akan menjawab, “Data tidak ditemukan Pak.”.

Bahkan mungkin ada yang menjawab, “Datanya tidak ada Pak.”.

Mahasiswa sekarang tidak kenal dengan yang namanya perpustakaan. Butuh data, ya googling. Kalau Internet “bilang” tidak ada maka data tersebut benar-benar dianggap tidak ada. Padahal, tahukah kamu bahwa Internet itu seperti papan informasi raksasa yang semua orang boleh memasang informasi di sana.

Keterbukaan Internet dalam ‘menerima’ semua informasi tanpa disaring terlebih dahulu melahirkan fenomena bias informasi. Secara sederhana, bias informasi bisa dimaknai ketidakjelasan nilai informasi, entah informasi itu benar atau salah, penting atau tidak, serta relevan atau tidak.

Sebagai contoh, tulisan saya tentang Manohara berhasil menempati peringkat pertama* pada google untuk kata kunci (keyword) “pangeran malaysia menculik manohara” dan “malaysia menculik manohara” (tanpa tanda petik). Padahal kawan, isinya sama sekali tidak berhubungan dengan Manohara Pinot. Coba saja googling dengan kata kunci tersebut dan lihat isi tulisan saya.

Hasil Pencarian dengan Kata Kunci "malaysia menculik manohara"
Hasil Pencarian dengan Kata Kunci "malaysia menculik manohara"

Sudah dicoba? Masih menggantungkan sumber referensi pada google atau mesin pencari lain? Masih percaya penuh pada Internet? Bila jawabannya iya, saya sarankan Anda untuk berpikir kembali ๐Ÿ˜€ . Semoga bermanfaat.

*saya tes pada tanggal 16, 17, dan 18 Juni 2009 menggunakan firefox laptop saya.

29 thoughts on “Bias Informasi, Mitos atau Fakta?

  1. Hm.. itu karena domain nt pake wordpress.com deh kayaknya..

    Um.. dan kekuatan dari mesin pencari adalah pada keywordnya.. hehe.. harus pandai2 merangkai kata.. ๐Ÿ˜‰

  2. emang udah nggak terlalu percaya. Makanya tiap mau bikin tulisan, saya selalu hati2 dan melihat sourcenya. Emang lebih enak klo make referansi dari buku.

    ~pengecualian untuk bikin ltm agama dan mpkt, soalnya udah terdesak banget huehehehehe (entah emang terdesak atau males nyari)

  3. ampun deh
    perpustakaan STAN masih belum cozy sih menurut saya
    kalo dibandingin ama perpus UI yang megah itu sih….

  4. @havbanSepertinya wordpress.com memang memberikan peran penting. WordPress.com sendiri punya dokumentasi tag dari semua penggunanya. SEO nya pun mantab. ๐Ÿ˜€

    @ayazizah
    Bener. Kita harus hati2 memilih sumber. Biar kita ga asal comot aja.

    ~untuk ltm kayaknya alasan kedua deh yg dipake :mrgreen: .

    @Yans
    Google udah bikin aplikasi itu. Dia kerjasama dengan perpustakaan, penerbit, dan penulis. Namanya google library. ๐Ÿ˜€

    @alivan
    you’r welcome

    @ikhma
    Hehehe…, ini jadi ngingetin saya tentan tugas MPK B. Inggris. Saya pernah nulis, “Referensi: Google.com” :mrgreen: .

    @deady
    Jarene hibernasi Ded? Kok sik mlaku2?
    Moga perpus STAN ndang diubah supoyo dadi lebih mantabs. ๐Ÿ˜€

  5. eee ngunu yo mas…..
    1. selamat blog nya menduduki peringakat pertama dari key tsb… ๐Ÿ˜‰
    2. saya baru tauuu tentang bias info seperti ini cobak saya praktekan di tempat lain.
    3. ada kemingkinan page itu seing di buka berulang kali…, sehingga menduduki peringkat pertama.
    4. Sistem SEO, yang di baca pertama oleh google itu linknya .

  6. pernah sih menyadari fenomena ini. sebuah informasi bisa dimanipulasi jadi melenceng karena kita selalu mengacu pada mesin pencari dan wikipedia.

  7. Rasanya aneh kalo mahasiswa HANYA bergantung pada internet.
    Mustinya mahasiswa, apalagi mahasiswa perguruan tinggi terkenal, kalo membutuhkan referensi harusnya ya ke perpustakaan.
    Bukannya dosen dalam memberikan tugas ngasih tahu data bisa didapatkan di mana?

    1. ga semua dosen juga sih kayaknya. lagipula kalau setiap dikasi tugas dikasi tau data bisa didapatkan dimana apa tujuannya juga memberi tugas. mahasiswa jadi tidak mandiri malahan.hehe.

  8. @asop
    Kan datanya sudah digital bro.. ๐Ÿ˜€

    Buku2 sudah jadi pdf..
    Wikipedia bertebaran.. hm.. perpus pun sebenarnya lebih baik dijadikan digital. Demi menjaga kelangsungan alam jg.. *mengurangi penggunaan kertas* ๐Ÿ™‚

    Apalagi.. kalo perpus tertutup.. makin bikin BT tuh, gak bisa liat apa2.. ๐Ÿ˜ฆ

  9. @ Havban

    Tetep aja data digital sulit dipercaya, kan bisa dirubah juga…
    Apalagi siapa sih yang betah lihat monitor terus berjam-jam hanya untuk baca file pdf?
    Bikin mata kering…. Bsa rusak mata ini kalo kita terlalu mengandalkan teknologi…

    Buku tetap diperlukan oleh mahasiswa.

  10. @asop
    Buku jg bisa dirubah2 kok.. ๐Ÿ˜›

    Kalo beli e-book mah.. dah dijamin sama ama yg jual sesuai dengan aslinya.

    Dah tau Amazon Kindle ? ๐Ÿ˜‰ http://www.amazon.com/Kindle-Amazons-Original-Wireless-generation/dp/B000FI73MA

    Um.. internet itu mempercepat penyebaran informasi, dan memang.. data yg dihadirkan sering gak akurat *liat aja detik.com.. -__-* makanya perlu crosscheck dari berbagai macam sumber terpercaya. Google kan cuma mesin pencari, bukan Decision Support System.

  11. @gubrik
    Anda benar Bos.

    @Asop
    Tergantung dia mahasiswa apa dan datanya ada di mana. Untuk mahasiswa dengan studi dari ‘dunia lama’ atau setidaknya ilmu yg dia pelajari sudah stabil (jarang terjadi perubahan baru) maka perpustakaan adalah tempat yang cocok.

    Tp untuk mahasiswa yg belajar ilmu yg labil (yg dipelajari masih sering berubah tiap saat, kaya IT dan marketing) maka Internet lebih menjanjikan karena lebih dinamis. Tp tetep, kita harus hati2 dalam mengambil referensi.

    @mohanlikn
    Okey, bro. Insya Allah segera.

    @havban
    Tp digitalisasi jg ga sepenuhnya benar dlm perihal menjaga alam. Soalnya kita masih make listrik yg notabene nya didapatkan dari bahan bakar Mas. Bener kata ente, intinya kita harus bijak.

  12. postingan nt itu emang bner2 fenomenal gung
    bner2 menyesatkan…

    seharusnya banyak komen “Gubrak” disana ๐Ÿ˜€

  13. Mencari informasi di Internet ga sepenuhnya salah gung…Coba kalau cari artikelnya dari jurnal ilmiah…Tapi emang harus jaga-jaga susah sih, soalnya informasi di Internet ga semuanya benar.

  14. ya kaya gak tau cara kerja google ja mas Agung ini

    dia kan cuma sok2an ngerti dengan ngasih data yang didalamnya mengandung sebuah klause/phrase yang kita cari

    saya sering mengakali hasil pencarian google yang asal2an itu dengan memberikan sebuah label file bila ternyata memang tugas kuliah yang dicari maka seperti ini cara mencari saya

    saya ketikakan “tugas kuliah .pdf” maka dengan itu hasil pencarian bisa disaring lebih spesifik dengan manmpilkan content file bertipe pdf

    ini cara yang sering saya gunakan untuk memaksa google menampilkan hasil pencarian yang relevan

    semoga bisa membantu buat yang suka googling!

  15. Ya, memang terkadang Google mencari tidak sesuai seperti yang kita inginkan. Ini juga dikarenakan karena web-web terkadang menggunakan rangkaian keyword hanya untuk mendapatkan banyak traffic, padahal isi webnya sendiri tidak ada hubungan dengan materi yang dicari. Ini salah satu kelemahan Om Google. Ya, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Namun, terkadang, ketidak sempurnaan itulah yang justru menjadi peluang bisnis bagi yang lainnya. Ada yang punya ide?

  16. @kata
    Anda benar. Di situlah kita bisa main-main. Karena itu, selain sebagai tempat menyampaikan opini dan berbagi tips, blog juga saya gunakan sebagai lahan ujicoba teknik2 SEO ๐Ÿ˜€ .

  17. memamg semua gak da yg sempurna. belajar dr kegagalan. gali trus iptek agar pinter dan* lbh pinter lg. hehe

Leave a reply to ghani arasyid Cancel reply