Assalamu’alaikum wrwb
Berdasarkan informasi dari beberapa kawan (si Om dan si Tante π ) serta diperkuat oleh berita-berita yang dimuat oleh beberapa media (si X dan si Y) saya ingin meluruskan tulisan saya yang berjudul Belajar dari Ibrahim Bapaknya Ponari.
Di tulisan tersebut, saya mengatakan bahwa Master of Marketing Strategy dari “Mbah” Ponari adalah Bapaknya Ponari, atau Pak Kasmin, atau Abu Ponari (ini sih istilah yang saya buat sendiri π ). Berdasarkan data yang saya dapatkan kemudian, maka sebenarnya Master of Marketing Strategy “Mbah” Ponari adalah tetangganya yang masih merupakan keluarganya sendiri.
Demikian pelurusan berita yang saya buat. Terimakasih atas bantuan dan pengingatan dari saudara-saudara dan saya mohon maaf atas kesalahan berita tersebut.
Wassalamu’alaikum wrwb
what??? tante? tante yg mana ya? π
Fenomena ponari juga merupakan evaluasi besar untuk dunia kedokteran.
Hehe… ada ralat juga.
Semoga bisa menjadi pembelajaran agar ke depan lebih selektif dalam menulis.
Keep creative dan salam kenal.
sebenernya dari data yang lebih akurat , ponari adalah sesuatu fenomena yang udah lama dan pernah terjadi di tahun 1823 di calkuta india, dari tahun itu pun udah di teliti oleh par ahli dari kedokteran kolonial inggris pada waktu itu, hampir 100 % sama persis dengan yang terjadi di indonesia, hanya beberapa yang hal yang membuat nya sedikit berbeda , berdasarkan data yang tercatat pada saat itu, fenomena ponari yang terjadi di kalcuta memeng hapir tidak diberitakan, karena pada saat itu pihak ahli kolonial inggris di kalkuta masa itu dia tidak ingin masalah ponari tersebar seperti ponari yang ada di indonesia,
berikut hasil penelitian yang berhasil bocor pada wakti itu masalah ponari yang terjadi di kalkuta india pada waktu itu:
ponari berasal dari kata po dan nari
po artinya mpo = teteh kalo bahasa sundanya, yayu kalo bahasa cirebonnya, mbokayu kalo bahasa purwokertonya,
nari artinya = joget , dancing,
secara keseluruhan ponari artinya mpo lagi nari karena di india memang kebanyakan orangsuka menari…
wah, berarti bener juga dong pernyataan yang pernah saya dengar, “keburukan yang didengung-dengungkan terus layaknya sebuah kebaikan, maka pada suatu waktu orang akan menganggapnya sebagai kebaikan”. hmm, ngeri juga ya bad effect dari media…
ooohh gitu ya
waspadalah!
waspadalah!
waspadalah!
~biar ganjil π
@ erfan..
bung, klo mau lebih tepatnya.. ini mah evaluasi untuk dunia kesehatan. ga cuma kedokteran.
klo ngomongin kesehatan, banyak tuh yang terkait:
1. dokter
2. perawat
3 ahli gizi
4. ahli terapis
5. ahli kesehatan masyarakat
6. bidan
7. karyawan puskesmas, poskesdes, rumah sakit
8. ahli teknologi ( mau itu lulusan tek. elektro, informatika, mesin, komputer..dkk dah)
knp?
krn kesehatan tanpa teknologi itu pincang.
kan adanya teknologi biar efektif n makin solutif..
Fenomena Ponari adalah fenomena keterbelakangan kita sebagai bangsa. Malu aku mas…