Belajar dari Ibrahim Bapaknya Ponari

Catatan Puenting: Ada fakta yang salah dalam tulisan di bawah ini. Pelurusan berita bisa dibaca di sini.

Bismillahirrohmanirrohim

Mari to the point saja. Asumsi saya, kalian sudah baca berita tentang fenomena Batu Ajaib Ponari. Oke, apa yang kita bisa pelajari dari kasus Dukun Cilik Ponari?

  1. Masyarakat terjebak pada pragmatisme berpikir. Inginnya serba instan meski tidak masuk akal.
  2. Pemahaman ilmu yang rendah. Baik ilmu kedokteran maupun ilmu akidah.
  3. Kekuatan media yang powerfull. Semakin gencar media memberitakan suatu kejadian, semakin ramai orang mengomentari. Semuanya masih ingat kan ketika Aa’ Gym memilih untuk berpoligami?! Sampai-sampai presiden pun mau turun tangan. Hadooh…!
  4. Budaya meniru yang build in dalam masyarakat, walaupun meniru hal yang negatif. Sejak Ponari masyur, sudah ada beberapa “dukun” yang mengaku punya kekuatan yang sama. Bahkan ada yang mengaku batunya adalah pasangan dari batu Ponari.
  5. Apa lagi coba???

Tapi kali ini saya ingin memandang dari sudut pandang lain. Jadi, salah satu hal yang bisa kita pelajari dari kasus Ponari adalah Bagaimana Bapaknya Ponari peluang sehingga mampu memasarkan “produk” anaknya dengan target pasar orang-orang Indonesia.

Saya yakin, Bapaknya Ponari (namanya Pak Kamsin) tau bahwa penduduk Indonesia masih banyak yang percaya klenik, masih banyak yang pragmatis, sukanya yang instan-instan. Di saat kita baru menyadari hikmah setelah fenomena terjadi, Pak Kamsin sudah mempelajari hikmah itu justru untuk membuat fenomena terjadi. Beliau seorang marketer yang handal bukan??

Bicara tentang marketing, prinsip utama marketing adalah membuat pelanggan membeli barang kita, entah karena butuh, ingin, atau terpaksa. Dan hebatnya, Pak Kasmin atau Abu Ponari ini mengerti ilmunya bagaimana membuat masyarakat merasa butuh batu ajaib itu.

Simpulannya, kalau kamu ingin barang daganganmu laku, salah satu caranya adalah tiru caranya Abu Ponari: 1. pahami karakter masyarakat, 2. sediakan apa yang mereka inginkan, 3. buat iklan yang cocok dengan karakter target pasar (seperti, “batu ini sakti lho..!!!”), 4. gunakan media masa sebagai alat iklan gratisan.

Saya jadi tersadar bahwa setiap Rosul itu diutus dengan menggunakan bahasa kaumnya.

Bagaimana? Adakah yang salah dari tulisan saya?

10 thoughts on “Belajar dari Ibrahim Bapaknya Ponari

  1. kayaknya bukan bapaknya deh yang memarketingkan ponari
    lha wong bapaknya digebukin gitu kok pas mau ketemu anaknya. kasihan banget.
    kalo ga salah tetangganya yang memanfaatkan ponari

    IC…IC…

  2. yup, setau saya juga bukan bapaknya ponari, tp tetannga yang mengekspoitasi.. denger2 klinik Ponari sweat du rumah tetangga nya.. 😀
    CMIIW

    Oh, gitu. Informasi yang menarik.

  3. @ agung..

    hoho, bener tuh.. dokter masuk desa.
    dulu dokter PTT ke desa diwajibin ma pemerintah.,
    tapi sejak tahun 2000an berapaaaa gitu, dokter masuk desa uda ga diwajibin lagi. akhirnya, lulusan dokter yang baruuu aja lulus rata2 milih praktik di kota or langsung ngelanjutin ambil sekolah spesialis.
    nah, itu bung faktanya.. miris ya?

    IC…IC…
    1 bulan lalu sy sempat diskusi dg beberapa temen FK UI dan Unair ttg hal ini.

  4. ga ada yang salah ma isi artikel ini.
    kalopun ttg ralat2 ya itu kan efek perkembangan pemberitaan di media massa yang notabene mereka para wartawan langsung terjun ke rumah ponari. sementara kita cuma mengintepretasikan dari sudut pandang pembaca dan penyimak berita.

    sepakat! bener tuh, jadi tersindir..
    dokter bs berbuat apa ya?
    minimal, saya bs berbuat apa ya?


    Dokter masuk desa. 😛 !!!!

  5. ternyata ada sisi negatif postif ya ya dari fenomeno tersebut…. ndak pernah tau kalo bapaknya ponari yang marketingin…. tapi sip dahhh !!!!

  6. hhmm..
    memang,fenomena Ponari Sweat sangat ironis..
    di tengah era modern seperti sekarang ini,,orang2 masih saja percaya pada hal2 seperti itu,,
    selain itu,, ini juga menunjukan adanya kehancuran iman dan merosotnya moral !!
    Kehancuran iman karena mereka percaya kepada selain Alloh,yang berarti Syirik..
    Merosotnya moral karena adanya eksploitasi bocah oleh orang tuanya sendiri..

    benar2 ironi..!!!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s