What about Pantun?

Assalamualaikum wr wb

Burung malam terbangnya rendah, burung elang terbangnya tinggi.
Kalau salam dijawab kurang meriah, perlu diulang sekali lagi.

Assalamualaikum wa rohmatullahi wabarokaatuh!

“Bintang seawan-awan, aye itungin beribu satu. Berape banyak Abang punya jagoan, aye adepin atu-persatu.”, potongan adegan Palang Pintu Betawi.

“Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah soro.”, Cak Durasim*.

“Luruih lah jalan Payakumbuah, babelok jalan ka Andaleh. Dima hati indak karusuah, ayam den lapeh. ”, sebait syair lagu “Ayam Den Lapeh”.

“Burung darah, burung merpati. Terbang tinggi, ya Tuan, tiada tara. Saya menyanyi, ya Tuan, memang sengaja. Untuk menghibur, menghibur, hati yang duka.”, sepenggal kalimat dalam “Kicir-kicir”.

“Waktu hujan sore-sore, kilat sambar pohon kenari. Ejojaro den monggare, mari dansa dan menari”, intro lagu “Waktu Hujan Sore-sore”, NTT.

“Potong bebek angsa, angsa dikuali. Nyonya minta dansa, dansa empat kali.”, you know lah.

“Tukang sate dagangnye malem, muter-muter di pasar kranji. Ketua FUKI, nggak cuma jago berantem, tapi juga harus jago ngaji.”, sebait pantun Palang Pintu FUKI.

Ribuan, bahkan jutaan pantun tersebar di bumi Nusantara. Tidak hanya satu suku yang punya. Tak aneh, karena pantun salah satu budaya asli milik kita. Kalau syair, yang rimanya sama dan terdiri dari “isi” seluruhnya, merupakan sumbangan orang Arab, maka pantun, yang rimanya a-b-a-b dan didahului dengan sampiran baru diikuti isi, adalah “murni” budaya Nusantara.

Ada beberapa jenis pantun. Orang Jawa punya parikan (baca: pari’an). Pantun kilatlah kalau kata orang Melayu. Berbeda dengan pantun “normal”, 1 bait parikan hanya terdiri dari 2 baris. 1 sampiran dan 1 isi tetapi tetap mempertahankan rima a-b-a-b .
Ada pula pantun bersambung (lupa istilahnya, tetapi pernah baca di buku paket Bahasa Indonesia saat SMP). Jenis ini tetap mempertahankan karakteristik pantun, berima a-b-a-b, punya sampiran lalu diikuti isi, dan maksimal 12 suku kata tiap baris. Kalau seluruh sampiran digabung maka akan terbentuk satu syair dengan isi cerita yang utuh. Pun demikian bila seluruh “isi” dirangkai jadi satu.

Mungkin, pantun menunjukkan karakteristik penduduk Nusantara yang “omongan” sentris. Coba tengok, mau berpuisi saja pake “nyampah” dulu. “Sampah” itu kita beri nama supaya indah. Sampiran namanya. Tapi…, ada tapinya, “sampah” ini menunjukkan kecerdasan “bangsa pembuat pantun”. Dengan membacakan sampiran terlebih dahulu, secara tidak langsung pembicara memberi tahu pendengar bahwa dia akan membacakan puisi. Alhasil, pendengar menjadi semakin tertarik, kira-kira syair apa yang akan dibacakannya.

So, lets get the pantun.

Bangun rumah di pinggir jalan
Jangan buat di tengah sawah
Jangan lupa untuk katakan
Aku bangga jadi Indonesia

Itu sawah ada yang punya
Katanya sih, orang betawi
Sudah habis masa mencela
Kini waktu untuk prestasi

Padi si sawah siap dipetik
Mau dikirim ke Jawa Barat
Untuk Indonesia yang lebih baik
Dan tentu saja yang bermartabat

Jabar ramai di bulan Suro
Jalanan macet tiada kira
Tetap mengharap kebaikan Allah
Pencipta seluruh alam semesta

Ujung jalan ada beruang, katanya sih kebelet pipis
Sambutlah doaku kawan, salam yang indah lagi manis

Wassalamualaikum wr wb

*Cak Durasim adalah sastrawan kelahiran Surabaya, namanya digunakan untuk nama gedung kesenian Surabaya.

=================================
Dirgahayu Negriku
Jayalah Bangsaku
Selamat Ulang Tahun untuk Ayah&Ibu
Maaf, sekali lagi aku tidak bisa pulang.

16 thoughts on “What about Pantun?

  1. Yaampun mas, ngeh juga to. Dulu pas SMP aku paling ga bisa belajar ginian nih, tanpa alasan. Hehe. Anyway, kalo di kampungnya bapak untuk acara-acara penting kalo ga salah mantun dulu buat nunjukkin maksudnya. Tapi tuh ya, pantunnya puanjaaang buanget. Apa karna aku aja yang ga biasa dengerin pantun gitu? Lebih dari 30 menit yang pasti. Fufufu.

    Iya kan, Uni?

  2. @yuan
    Pantun ente mana Bos? 🙂

    @zahra
    Ngeh ttg apa nih? (kok saya jadi g ngeh ya?!hehe..)
    Pas SMP g bisa, skrg dah jago kan? 😛
    Wah…, di kampung Bapak ada adu pantun? Seru tuh!!! Lama memang, tp sayang kalau sampe hilang ditelan masa 😦 . Btw, kampung Bapak yang mana? Lombok apa Sumbar?

    Btw lagi, “Iya kan, Uni?” ??? Kamu ngomong sama siapa? (tengok kanan kiri, cuman ada makhluk berjakun di sini: Hanif, Nulad, Renggo, Sagi, Sky, dan tentu saja saya) 🙄 .

    @Faizal
    Wah,… ini namanya konspirasi.

    Nek Warung Padang dodole empal
    Justru Warung Tegal sing dodol pitik
    Sak ganteng-gantenge jenenge Faizal
    Tetep ganteng Agung, meski mek sithik :mrgreen:

    @achoey sang khilaf
    Wah, bener. Inget Pak Tif. Inget pas beliau mantun di acara Pekan Tarbiyah-pembukaan film “Sang Murobbi”.
    Apa ente ikutan acara itu juga? 🙂
    ===========================
    So lets get the pantun (again)

    Mancing ikan pake pancingan tua
    Kalau makan, jangan lupa baca bismillah 😀

    Backpack ke Bali, yuk maen ke Ubud
    Kata iklan, mending ke Jogja
    Ibadah tak cuma sholat dan sujud
    Tapi juga gerakan tuk MERDEKA 😛

  3. @abie
    Wah, parikan nih… 😀 . Bales…bales…

    Kucing mulus mandi di papan
    Mati ditembak pake senapan
    Boleh lah abie dibilang tampan
    Tp tetep agung yg lebih rupawan
    😀 :mrgreen:

  4. sy juga punya pantun yg paling suka, yaitu

    darimana hendak kemana // dari jepang ke bandar cina // kalau abang boleh bertanya // adik manis siapa yg punya 🙂

  5. blog kamu bagus yaa..kamu bisa kasi saran g’ ?soalnya aku baru bikin blog. kunjungi blog aku yaaa : heriprima.blogspot.com


    Ayo, belajar bareng-bareng ya… 😀 . Jadi lebih semangat kalo ada temen belajar.

  6. PRUDENTIAL sebuah Perusahaan Asuransi yang berdiri tahun 1848 di Inggris dan 1995 di Indonesia merupakan perusahaan Asuransi terbesar di dunia dan di Indonesia berdasarkan majalah luar negeri Forbes, Fortune 500 dan majalah dalam negeri Investor tahun 2002-2008. Jaringan PRUDENTIAL ada di Amerika Serikat, Uni Eropa dan 12 Negara besar Asia. Total Dana PRUDENTIAL di dunia USD 600 Milliar atau Rp. 6000 Trilliun atau 6 kali APBN Indonesia. Total dana PRUDENTIAL Indonesia Rp. 10 Trilliun. Asuransi PRUDENTIAL adalah asuransi perlindungan jiwa yang selalu mengganti klaim nasabah yang Sakit Jantung, Kanker, Stroke, Kecelakaan dan lain-lain. Bila Anda menabung Rp.1 Juta perbulan, Anda akan mendapatkan uang pertanggungan Rp. 200 Juta dan Rp 1 Juta perbulan bila sakit sampai Anda usia 65 Tahun. Bila menabung Rp. 2 Juta-Rp 5 Juta perbulan Anda mendapatkan uang pertanggungan Rp. 400 Juta-1 Milliar bila meninggal, sakit Stroke, Jantung, Kanker, Kecelakaan dan sakit kritis lain dan Rp. 2 Juta-5 Juta perbulan setelah sakit sampai Anda usia 65 Tahun. Apabila setelah membayar premi asuransi anda tidak sakit uang dapat ditarik kembali ditambah bunga 15% pertahun. Ilustrasi : Pak Ali usia 40 Tahun ikut Asuransi PRUDENTIAL dengan menabung Rp. 1 Juta perbulan selama 10 Tahun. Jangka waktu klaim sampai uang turun adalah 4-14 hari. Perlindungan berlaku mulai bulan ke 3 setelah Pak Ali menabung sudah tersedia dana darurat Rp. 500 Juta dari PRUDENTIAL.
     Pak Ali mengalami Sakit kritis maka akan menerima Rp. 150 Juta ditambah tabungan bunga 15%.
     Pak Ali setelah Sakit kritis jadi lumpuh atau meninggal dunia, ahli warisnya akan menerima lagi Rp. 150 Juta.
     Pak Ali mendadak lumpuh akan menerima Rp. 200 Juta ditambah tabungan bunga 15%.
     Pak Ali kecelakaan menjadi lumpuh atau meninggal akan menerima Rp. 400 Juta-Rp. 600 Juta dan tabungan bunga 15%.
    Pak Ali mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit akan dibiayai PRUDENTIAL Rp. 350.000 perhari. Bila masuk ICU akan dibiayai PRUDENTIAL Rp. 700 Ribu perhari. Bila Pak Ali operasi akan dibiayai PRUDENTIAL Rp. 10 Juta-Rp. 48 Juta per sekali operasi. Setelah bulan ke 3 Pak Ali mengalami sakit, kecelakaan, lumpuh, PRUDENTIAL akan menabungkan Rp. 1 Juta perbulan ke rekening Pak Ali dan Pak Ali tidak perlu menabung lagi. Bila Pak Ali sehat walafiat tanpa sakit, kecelakaan, meninggal pada usia 50 Tahun Pak Ali berhenti menabung Rp. 1 Juta perbulan tetapi perlindungan tetap ada dan Pak Ali dapat mengambil Rp. 120 Juta tabungan plus bunga total Rp. 145 Juta, pada umur 55 Tahun Pak Ali mendapat Rp. 120 Juta tabungan plus bunga total Rp. 250 Juta, pada umur 60 Tahun Pak Ali mendapat Rp. 120 Juta plus bunga total Rp. 500 Juta. Pada umur 65 Tahun Pak Ali mendapat Rp. 120 Juta plus bunga total Rp. 800 Juta Pada umur 70-80 Tahun Pak Ali mendapat Rp. 120 Juta plus bunga total Rp. 2,8 Milliar-5,5 Milliar. Bila Pak Ali menabung Rp. 500 Ribu perbulan manfaat yang diterima separuh manfaat ilustrasi diatas. Bila Pak Ali menabung Rp. 2 Juta perbulan manfaat yang diterima 2 kali lipat, bila Rp. 4 Juta perbulan manfaat yang diterima 4 kali lipat ilustrasi diatas. Tertarik ? Hubungi vie_virgin89@yahoo.co.id

  7. admin titip ya please…kunjungi blog : cantikputih.blogspot.com atau bidadari-nusantara.blogspot.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s