Mozaik – mozaik Kosmik

Copy Paste dari Asti Latifa– dengan seizin penulis puisi.

Mozaik – mozaik Kosmik

 

*Asti Latifa Sofi*

 

 

 

Adanya bermula dari sebuah titik

Berpaut runut menjadi garis

Mewujudlah ia sebongkah mozaik

Bersenyawa dalam keterikatan kosmik

Buah cinta dari Penguasa semesta

 

Adanya bermula dari segumpal darah

Melalui sketsa kuasa-Nya

Terpahat jiwa nan sempurna

Ditiupkan ruh padanya

Untuk menoreh catatan sejarah sebagai khalifah

 

Titik dan darah menjadi saksi bagi semesta

Bukti keagungan melalui seni bercita rasa

Ditoreh dan disulam dengan cinta

Kita  pun menjadi lukisan semesta…

 

Maka jangan tanyakan mengapa kita hanyalah sebuah titik dan segumpal darah

Karena Ia berkehendak agar kita senantiasa kecil

Agar dalam ketinggian akan pencapaian, kita tetap merendah

Pun agar dalam kelemahan kita menguap dari gelisah

Bagai titik-titik embun

Yang menguap di jendela kaca

 

Maka, jangan tanyakan pula mengapa kita berbeda

Karena Sang Pelukis tengah mencipta keindahan

Pada eksotisitas yang telah lama Ia rancang

 

Kita hanyalah sebuah titik dan segumpal darah…

Yang tak kuasa kala cahaya menghilang

Maka mewujudlah segala perbedaan dalam sinar terang

Agar sketsa alam kian mewujud

Karena demikianlah yang dikehendaki alam Surgawi

Bahwa semua telah dipasangkan…

 

Kita adalah mozaik-mozaik kosmik

Melalui perbedaan, kita tengah melukis alam

Bersama menjadi satu dalam sebuah bingkai waktu

Membentuk lambang cinta bagi Sang Maestro

Melalui peran sebagai sepasang khalifah…

 

Maka kini, aku hanya bisa menanti

Pada setiap warna yang datang

Untuk kucocokkan agar serasi

Atau terbias sehingga tercipta harmoni lain yang lebih indah

Hingga saatnya kita menjadi mozaik kosmik nan utuh

Penuh gairah menebar amanah cinta untuk dunia…

 

 

Kamar penyuplai cinta untuk dunia,

15 Maret 2008, pukul 00.00 WIB

 

 

”Pernikahan adalah sebuah perjalanan tanpa henti,  tentang saling memberi dan berbagi, saling menghormati, dan saling menguatkan…” (Aulia Dana)

Puisi ini ditulis di oleh Asti Latifa Sofi, Mahasiswa Prodi Sastra Arab’05 Fak. Ilmu Budaya UI.

12 thoughts on “Mozaik – mozaik Kosmik

  1. Sebenarnya saya mw comment..

    cuma, nunggu inspirasi dulu ya..

    coz klo comment tentang puisi, enaknya dgn metode ‘puisi lanjutan’ ato puisi bersambung.. n disambung ma puisi jawaban dari penulis laen/komentator laen, ga musti kudu penulis aslinya..

    jadi, tunggu aja ya, ya, ya……

    bwt mbak asti latifa,..
    salut, saya baru tw klo mb anak sastra Arab, padahal saya kira anak Ilkom jugha.. (oow, TERNYATA faktanya gitu ya..)

  2. Aku hanyalah pendaki tanpa henti
    Walau dunia ini pasti kan mati

    Tapi, jangan tanya mengapa aku wanita
    Karena Ia ciptakan keindahan skenario sempurna

    Hijab pekerti
    Tersebutlah harga diri

    Ada cinta sang pendamba
    Dari hamba yang berdosa

    Mozaik kosmik, turun meretas upaya
    Hidup adalah makna
    Tanpa harus berdaya sela
    Dari tiap ego kita

    Mozaik kosmik, ada bukan untuk terlupa
    Karena Ia punya makna
    Bahwa kita takkan pernah sempurna

    Entah aku dengan siapa..
    Hanya Ia yang sanggup menjawabnya

    Entah kapan dan dimana
    Hanya waktu iringi takdirNya

    Entah bagaimana dan mengapa
    Hanya keikhlasan yang sanggup lunturkan logika

    Karena cinta adalah ….
    s.e.d.e.r.h.a.n.a

  3. wah, keren.
    Boleh tuh klo Alda post comment di blog nya Mba’ Asti. Atau add aja sekalian. Kan sama2 multiply. 😀

    Klo sy baca puisi itu, yg sy pikirkan justru tentang penciptaan.

    Tp yg bikin puisi emang ngarahin kesana. 😀

  4. Iya, saya juga uda baca comentnya pak agung di Mpnya mb asti, klo lbh berpresepsi pada penciptaan..

    awalnya emang kepikiran itu, tapi dari kata2..
    “segumpal darah”,
    “Bahwa semua telah dipasangkan…”
    “Bersama menjadi satu dalam sebuah bingkai waktu”

    uda keliatan implisit ngangkat topik itu, dan akhirnya…

    “aku hanya bisa menanti

    Pada setiap warna yang datang”

    jelas deh.. maksud sang penulis..

  5. Pernikahan itu juga bagian dari lukisan alam… ( kok nyambung ke pernikahan to ? manalagi yang diskusi kok cuma 2 orang ini :mrgreen: )

    btw, susah kalo menandingi puisinya anak sastra 😀

    Bagus puisinya… o ya, soal pernikahan.. mana gung ? katanya mau nulis ?

  6. @Meralda
    Wah…. 😀 analisis yang luar biasa. Saya belum selevel itu kemampuan analisis puisinya. Memang yg paling bisa memahami perasaan wanita ya hanya wanita saja 🙂 .

  7. @Gyl
    Gyl, domain publik! Tak ketaki lho koen engko :mrgreen: . Mengenai tulisanku yang tentang itu, aku mau pending dulu. Belum dapat feel-nya 😎 (alah… sok melankolis).

    @Asti
    Yang ditunggu undangannya puisinya saja, puisinya undangannya insya Allah masih lama throws SpecialWomenException :mrgreen: .
    Tp puisinya masih harus belajar nih dari Mba’2 dan Mas2 yang lain.
    Terimakasih ya… puisi Asti dah boleh di-copy.

  8. Hahaha.. sori gung. Makanya aku nimbrung.. biar gak ber 2 tok :mrgreen:

    throws SpecialWomenException ?? catch nya mana ??

  9. @Gyl
    Gyl, kan klo kita tulis exception yang sudah di embed dlm Java kan boleh g nulis catch-nya (hayoo… istilah apa lagi ini?? 🙂 ). Misal :
    class ManusiaBiasa throws SpecialWomenException
    {}

    😀 😀
    Terimakasih atas tanggapanmu Gyl.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s